Inilah profil lima manajer yang pernah membawa The Reds menjadi klub yang disegani di dunia.
Liverpool, klub yang bermarkas di wilayah Merseyside ini
dikenal sebagai salah satu klub tersukses di Liga Inggris selain
Manchester United atau Arsenal. Berdiri pada tahun 1892, The Reds
awalnya bernama Everton FC dan Athletic Grounds. Akan tetapi berawal
dari perselisihan antara pengurus Everton FC, rival sekota dan John
Houlding, pemilik tanah di Anfield, membuat Everton pindah ke Goodison
Park dan Liverpool bermain di Anfield.
Pada musim debutnya, Liverpool memenangkan divisi dua 1893/1894 dan segera memenangkan gelar Liga Inggris divisi satu tujuh musim kemudian (1900/1901). Setelah itu klub tidak terlalu sukses dan hanya meraih enam gelar liga dan satu Piala FA dalam kurun waktu enam dekade sejak memenangkan gelar liga pertamanya.
Kesuksesan yang sebenarnya baru didapat di era 70-an lewat tangan dingin Bill Shankly yang melatih selama seperempat dekade, serta penerusnya Bob Paisley (pelatih tersukses klub) selama sembilan musim dan eks pemain, Kenny Dalglish selama tujuh musim.
Di tangan dua pelatih yang disebut terakhir itu, Liverpool meraih 11 gelar liga dan empat gelar Eropa, sekaligus menasihkan sebagai klub terhebat Inggris sepanjang masa.
Meski sukses besar dalam kurun waktu dua dekade tersebut, klub terlibat dalam dua tragedi (Heysel 1985, final piala champions dan Hillsborough 1989, semifinal piala FA) yang sulit dihapus dalam sejarah klub dan membuat mereka absen di Eopa. Usai Piala Dunia 1990 yang merupakan pencapaian terbaik Inggris (semifinalis) pasca 1966, prestasi klub berangsur-angsur menukik tajam.
Dalam rentang waktu dua dekade kemudian, hegemoni mereka digeser oleh Manchester United, rival utama yang mereka ambil kesuksesanya di akhir 60-an lewat tangan dingin Sir Alex Ferguson dengan 13 gelar liga dan dua gelar liga Champions.
Tercatat tujuh pelatih didatangkan termasuk Gerard Houllier dan Rafael Benitez yang bisa dibilang sukses dengan gelar Liga Champions 2005, Piala UEFA 2001, serta Piala FA 2001 dan 2006. Legenda klub Kenny Dalglish termasuk dalam deretan seven loosers karena gagal mengulang periode pertama dan hanya berhasil meraih gelar Piala Liga 2012. Kini Liverpool ditangani oleh eks asisten Jose Mourinho, Brendan Rodgers, dan berusaha meraih kejayaanya kembali.
BILL SHANKLY |
|
Selepas berkarir sebagai pemain, Bill memulai karir manajerialnya dengan mengasuh empat tim mulai dari klub pertamanya sebagai pemain, Carlisle kemudian Grimsby Town, Workington, dan Huddersfiled Town. Karirnya di empat klub tersebut tidak diiringi kesuksesan seperti saat menukangi Liverpool yang ternyata menjadi soulmate-nya.
Awal musim di Liverpool pada 1958 bukan sebuah perjumpaan yang manis karena The Reds sudah berkubang di divisi dua selama lima musim dan sempat dikalahkan klub non liga Worcester City di piala FA 1958-1959. Melihat kenyataan itu, Shankly kemudian mencoba berkolaborasi dengan tiga asistennya Reuben Bennett dan dua pelatih klub di kemudian hari, Bob Paisley dan Joe Fagan. Perekrutan pemain pun dilakukan . Ron Yetas (Dundee United) dan Ian St.John (Motherwell) menjadi duo pertama yang membawa klub promosi di musim 1961/1962. Selain membeli pemain, ia juga membuat metode pembibitan yang jitu pada tahun 1967. Tercatat nama-nama legendaris macam Ian Callaghan, Chris Lawler dan Tommy Smith.
Dua musim pascapromosi, Liverpool meraih gelar Liga Inggrisnya yang kedelapan (1963/1964) diikuti gelar piala FA 1964/1965. Musim ketiga setelah kembali ke divisi satu, gelar liga 1965/1966 diraih bergantian dengan gelar Piala FA setelah itu. Setelah mempersembahkan gelar liga di musim 1972/1973 dan piala FA 1973/1974, Shankly resmi pensiun dan posisinya digantikan oleh Bob Paisley yang membuat Liverpool lebih hebat darinya. Ia pun dianugerahi gelar Order British Empire atas prestasinya di klub.
Keputusan untuk pensiun disesalinya dan ia ingin tetap aktif dalam jajaran staf klub. Namun hal tersebut justru merusak kerja Bob Paisley sampai kemudian ia benar-benar mundur. Sempat terlihat membaik setelah terkena serangan jantung pada tiga hari sebelumnya, takdir akhirnya mengakhiri hidupnya pada 29 september 1981 tepat pukul 03.00.
BOB PAISLEY |
|
Di musim pertamanya pascaperang dunia 2, gelar liga langsung diraih dan sayangnya menjadi satu-satunya gelar sebagai pemain hingga akhir karirnya pada 1954. Pascapensiun, klub mengalami periode buruk karena mengalami degradasi dan bermain di divisi dua selama lima musim.
Pensiun sebagai pemain, Bob yang lahir di Durham pada 23 januari 1919 masuk jajaran staf pelatih The Reds di bawah kepemimpinan Bill Shankly yang lebih tua enam tahun darinya pada tahun 1959. Sebagai asisten, ia banyak memberi ide-ide brilian kepada Shankly hingga membuat klub memulai masa-masa kejayaanya pada periode 1963/1964 hingga 1973/1974 dengan torehan tiga gelar liga dan dua Piala FA. Usai Shankly pensiun, ia menggantikannya.
Di periode Paisley, The Reds mengalami kejayaan yang sesunggunhnya yang membuat klub begitu disegani di Inggris dan Eropa. Sempat merasa kecewa karena hanya berhasil menduduki posisi runner-up di musim 1975/1976, musim berikutnya gelar jawara berhasil diraih dan ditambah menjadi tiga gelar dalam empat musim berikutnya.
Dua gelar Eropa pun tak luput dari bidikanya dengan mengalahkan Borussia Monchengladbach (1976/1977) dan Club Brugge (1977/1978). Kemenangan pertamanya diraihnya di stadion Olimpico, markas AS Roma dan membuatnya kalimatnya yang diucapkan terkenal hingga kini. "This is the second time I've beaten the Germans here...the first time was in 1944. I drove into Rome on a tank when the city was liberated." (Ini adalah kali kedua saya mengalahkan orang Jerman di sini...yang pertama adalah tahun 1944. Saya menumpang tank ke Roma saat kota itu dibabaskan).
Setelah kesuksesan di era 70-an, Paisley meraih gelar dua gelar liga lagi dan satu gelar Liga Champions pada 1981. Kesuksesanya bersama klub juga menular kepada dua klub Inggris lain yaitu Nottingham Forest yang sukses meraih dua gelar Eropa beruntun di tangan Brian Clough dan Aston Villa yang mengandaskan Bayern Muenchen semusim setelah Liverpool meraih gelar ketiganya. Di akhir musim 1982/1983, Ia memutuskan untuk pensiun dari sepakbola hingga akhir hayatnya pada 14 februari 1996 dan mendapat gelar Order British Empire.
Joe Fagan sebagai sesama asisten pelatih Bill Shankly menjadi penggantinya selama dua musim. Di tanganya, The Reds meraih treble winners (liga, piala carling dan Liga Champions).Yang istimewa gelar tersebut kembali diraih di Olimpico dengan mengalahkan tuan rumah, AS Roma melalui adu penalti pada 1983/1984. Kelak prestasi unik ini kembali diulangi oleh klub Inggris lainya, Chelsea yang mengalahkan tuan rumah Bayern Muenchen di Allianz Arena 28 tahun berselang.
KENNY DALGLISH |
|
Memulai karir juniornya di Cumbernauld United dan diteruskan di Glasgow Celtic, ia kemudian menjadi legenda klub terhebat kedua setelah Glasgow Rangers di daratan Skotlandia itu dengan meraih empat gelar liga dan empat piala FA sebelum ditransfer ke Liverpool pada 1977. Bermain sebagai second striker, King Kenny menjadi andalan Bob Paisley dalam meraih gelar kejayaan di Inggris dan Eropa. Tercatat sembilan gelar liga dan tiga gelar liga champions menjadi koleksinya. Gelar Liga Champions keduanya pada 1977/1978 merupakan momen spesial karena The Reds juara berkat golnya. Yang unik tiga gelar liga terakhir diraihnya dengan status pemain merangkap manajer.
Semasa menjadi pelatih, bisa dibilang Kenny Dalglish hanya meneruskan kerja brilian dari duo Bob Paisley dan Joe Fagan. Meski sukses di liga domestik, namun kejayaan klub bisa dibilang hancur setelah tragedi Heysel dimana Liverpool kalah oleh Juventus plus kehilangan momen berlaga di Eropa lima musim berikutnya. Belum hilang trauma atas tragedi Heysel, ia menjadi saksi atas tragedi berikutnya di Hillsborough yang mengakibatkan 94 orang meninggal.
Setelah meraih tiga gelar liga dan dua piala FA sebagai manajer bermain, ia pergi di akhir musim 1989/1990 pada usia 39 tahun untuk melanjutkan karir di Blackburn Rovers. Kepergiannya menjadi era kegelapan bagi klub karena puasa gelar liga selama 23 musim meski sukses meraih liga champions 2005 dan Piala UEFA 2001.
Di Blackburn, tangan dinginnya meraih sukses dengan gelar liga lima musim kemudian pada 1994/1995 meski berbau keberuntungan karena Manchester United meraih hasil seri sedangkan klub yang diasuhnya mengalami kekalahan. Puas di Blackburn, ia melanjutkan karir di Newcastle United dengan menjadi kompetitor hebat The Red Devils dua musim beruntun (1995/1996 dan 1996/1997) dan meraih satu gelar liga di mantan klubnya yang lain, Glasgow Celtic pada 1999/2000 sebelum kembali ke Liverpool pada 2011.
Periode kedua di The Reds dilalui dengan cukup lumayan dengan meraih kemenangan-kemenangan penting yang membuat klub bertengger di papan tengah pada akhir musim 2010/2011. Musim berikutnya ia menanamkan ideologi untuk percaya pada pemain Britania Raya dengan membeli Stewart Downing, Jordan Henderson dan Charlie Adam. Namun iklim liga yang sudah dipenuhi dengan pemain-pemain asing terutama Spanyol membuat prestasi klub merosot hingga terpaku di posisi 8 di akhir musim. Meski begitu, gelar Piala Carling dan runner-up piala FA berhasil disabetnya sebelum lengser.
Kesuksesanya sebagai pemain legendaris membuatnya meraih gelar Member of British Empire pada 2009.
GERARD HOULLIER |
|
Lepas dari Le Touquet, ia kemudian mengadu nasib ke Lens dan Paris Saint-Germain sekaligus membawa PSG meraih gelar liga pertamanya pada 1985/1986. Keberhasilan di PSG membawanya menjadi penasihat tim nasional Prancis mulai dari U-18 hingga senior sebelum dipercaya menjadi duet Roy Evans di Liverpool. Keputusasaan klub memakai jasa dua pelatih rupanya membuat prestasi anjlok dan akhirnya Houllier menjadi pelatih tunggal. Dua musim pertama dilalui tanpa gelar namun berhasil menelurkan bakat-bakat muda macam Steven Gerrard, David Thompson dan Danny Murphy selain si fenomenal Michael Owen.
Meski kehilangan si flamboyan Steve McManaman yang akhirnya sukses bersama Real Madrid tidak membuat pelatih kelahiran Therouanne, 3 september 1947 ini patah arang. Justru dengan kehadiran para young guns ditambah pemain baru seperti Dietmar Hamann dan Robbie Fowler meraih treble winners mini sekaligus yang kedua dalam sejarah klubnya berkat keberhasilan di final Piala FA , Piala Carling dan Piala UEFA. Gelar Piala Super Eropa pun diraih dengan mengandaskan Bayern Muenchen.
Namun petaka menderanya pada Oktober 2001 karena mengalami serangan jantung sehingga membuatnya absen dari The Reds selama beberapa bulan. Dalam rentang waktu itu, eks pemain legendaris Liverpool, Phil Thompson menggantikannya dan meraih “sejarah” dengan menjadi runner-up liga Inggris di era Liga Primer Inggris pada musim 2001/2002. Selepas sembuh dari penyakitnya, Houllier masih sanggup meraih gelar Piala Carling pada musim 2002/2003.
Seusai musim 2003/2004, ia lengser karena menerapkan kebijakan perekrutan pemain asing yang gagal dan pembinaan pemain muda yang tak berjalan mulus hingga ia mengucapkan bahwa jika Liverpool ingin sukses, ia bukan manajer yang tepat. Karir kepelatihannya kemudian dibteruskan di Aston Villa dan sukses meraih gelar dua gelar Ligue 1 Prancis bersama Olympique Lyon.
RAFAEL BENITEZ |
|
Selepas dari El Real , ia sempat melatih klub-klub kuda hitam seperti Valladolid, Osasuna, Extremadura dan Tenerife. Sukses di Tenerife, ia pun didaulat menggantikan Hector Raul Cuper yang hengkang ke Inter Milan. Di klub berjuluk El Che itu dua gelar la liga dan Piala UEFA 2004 diraihnya sekaligus meruntuhkan hegemoni Barcelona dan Real Madrid. Tantangan untuk berkarir lebih sukses diterimanya saat Liverpool meminangnya pada 2004.
Di klub Inggris yang sedang 'galau' ini, ia memulai rezim Spanyolnya dengan merekrut Xabi Alonso (Real Sociedad) dan Luis Garcia (Bracelona). Keputusanya itu terbukti tepat karena The Reds berhasil meraih gelar Liga Champions kelima pada 2004/2005, atau yang pertama setelah 21 musim, usai mengkandaskan perlawanan AC Milan melalui adu penalti. Musim berikutnya gelar Piala FA berhasil diraihnya dan masih mengandalkan bantuan pemain Spanyol yang baru direkrut seperti Fernando Morientes (Real Madrid) dan Pepe Reina (Villareal).
Kesuksesan masih menaungi Rafa dengan mengantar Liverpool ke final Liga Champions 2006/2007 meski akhirnya kalah dengan skor 1-2 dari Milan. Musim 2007/2008, ia sukses mengorbitkan Fernando Torres yang tampil tajam dengan 24 gol yang membantunya meraih “gelar” runner-up Liga Primer yang kedua buat klub di musim 2008/2009 di bawah Manchester United yang sempat frustrasi setelah dibantai klub asuhanya 1-4 di menjelang akhir musim.
Rasa optimisme setelah berhasil menjadi peringkat kedua di musimksebelumnya membuatnya yakin klub akan juara di musim 2009/2010. Namun bukan gelar melainkan kebobrokan peringkat di posisi 7 akhir musim. Hal itu membuat masa-masa indahnya berakhir dan ia membawa virus” kegagalan” bersama FC Internazionale, klub berikutnya meski berhasil meraih gelar Piala Dunia Antarklub (2010) dan Chelsea yang dibawanya meraih gelar Liga Europa (2012/2013).
Ia tidak populer di kalangan fans sepakbola karena sikap sinisnya terhadap rival-rival semacam Sir Alex Ferguson atau Jose Mourinho. Meski begitu Napoli yang baru saja ditinggal pelatihnya Walter Mazzarri yang hengkang ke Inter tertarik meminagnya dan berharap ia dapat membawa I Partenopei juara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar