Mengingat Momen Indah Istanbul
Kala itu adalah eranya Jose
Mourinho yang datang ke Chesea. Namun drama tersebut bukan soal Chelsea.
Melainkan sebuah cerita dari tim besar yang menyingkirkan Chelsea di
pentas Liga Champions, Liverpool.
Liverpool mengenakan seragam kebanggaannya berwarna merah. Sedangkan AC Milan, tim yang berjumpa dengan mereka di laga final harus mengalah dengan mengenakan seragam tandang mereka yang berwarna putih. Line-up kedua tim pada pertandingan tersebut adalah sebagai berikut:
Milan
1- Dida
2- Cafu
3- Paolo Maldini
31- Jaap Stam
13- Alessandro Nesta
21- Andrea Pirlo
8- Gennaro Gattuso
20- Clarence Seedorf
22- Kaka
7- Andriy Shevchenko
11- Hernan Crespo
Liverpool
1- Dudek
3- Steve Finnan
21- Djimi Traore
23- Jamie Carragher
4- Sami Hyypia
14- Xabi Alonso
10- Luis Garcia
6- John Arne Riise
8- Steven Gerrard
7- Harry Kewell
5- Milan Baros
Mungkin para pendukung Liverpool yang memerahkan Stadion Olimpiade Kemal Ataturk sudah pasrah ketika Paolo Maldini mencetak gol cepat di menit ke- 1. Memanfaatkan umpan yang sangat “memanjakan” dari Andrea Pirlo, Maldini melakukan tendangan voli yang tak mampu di bendung oleh Jerzy Dudek. 1-0 untuk Milan.
Barisan depan Liverpool terlihat tumpul, Vladimir Smicer masuk menggantikan Harry Kewell di menit ke 23. Namun, petaka kembali menimpa anak asuhan Rafael Banitez- yang sekarang mengarsiteki Chelsea- ketika akselarasi Ricardo Kaka dan Andriy Shevchenko membuahkan gol dari Hernan Crespo di menit ke- 38. Crespo kembali membuat “ulah” di akhir babak pertama, tepatnya di menit ke- 42, dengan melakukan tendangan cip yang mampu menipu Jerzy Dudek. 3-0 untuk AC Milan.
Dietmar Hamann masuk menggantikan Steve Finnan pada menit ke- 46. Dan semuanya berbalik ketika umpan John Arne Risse dari sisi kanan pertahanan AC Milan mampu di konversikan menjadi gol tandukan oleh Steven Gerrard pada menit ke- 54. Gerrard dengan sangat emosional melakukan selebrasi yang mengajak teman-temannya agar terus bersemangat karena pertandingan belum berakhir.
Tampaknya usaha sang kapten Gerrard dalam menyemangati pasukan Anfield- markas Liverpool- berhasil. Dua menit setelah gol dari Gerrard, Smicer membuat gol cantik dengan tendangan jarak jauhnya. Mental para punggawa AC Milan terlihat terguncang. Konsentrasi anak-anak asuhan Carlo Ancelotti buyar. Gennaro Gattuso membuat kesalahan fatal. Steven Gerrard di-tackle dari belakang di kotak penalti. Wasit menunjuk titik putih. Dan kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Xabi Alonso dengan mencetak gol. Walaupun sempat di tepis oleh Dida, Xabi Alonso mampu merebut bola kembali dan menceploskannya ke gawang lawan. 3-0 untuk Liverpool.
Pertandingan mulai memanas. Milan Baros yang belum mampu mencetak gol digantikan oleh Djibril Cisse di menit ke- 85. Begitu pula dengan kubu AC Milan yang menarik keluar Crespo dengan memasukkan Jon Dahl Tomasson. Semenit kemudian, Clarence Seedorf digantikan Serginho. Skor imbang tetap bertahan hingga waktu normal selesai.
Ruit Costa masuk menggantikan Gennaro Gattuso untuk menambah daya gedor AC Milan. Serangan demi serangan dilakukan oleh barisan depan AC Milan. Namun skor imbang tetap saja bertahan dan memaksa pertandingan dilanjutkan dengan tendangan penalti.
Serginho yang menjadi algojo pertama gagal memasukkan bola ke gawang setelah bolanya terlalu tinggi di atas gawang. Begitu juga Andrea Pirlo yang masih lemah dan mampu ditahan oleh Jerzy Dudek. Angin segar berhembus pada kubu AC Milan ketika Risse juga gagal dalam mengeksekusi penalti. Namun, Jerzy Dudek menjadi pahlawan malam itu. Walaupun sempat terkecoh dengan tendangan Sheva- panggilan Shevchenko- yang mengarah ke tengah, Dudek masih menepis bola tersebut.
Istanbul bergema. Dudek di kerubungi rekan-rekannya dengan sangat gembira bercampur emosi dan haru. Sebuah momen yang buruk bagi Sheva. Mungkin ia tidak bisa tidur malam itu. Sedangkan ini adalah gelar ke 5 Liverpool di pentas kasta tertinggi Eropa. Liverpool yang hanya finis di posisi ke- 5 Liga Inggris kala itu tetap bisa berlaga di Liga Champions musim berikutnya.
Momen Istanbul pada tahun 2005 adalah momen yang sangat dirindukan oleh para Liverpudlian, mengingat Liverpool sedang terpuruk akhir-akhir ini. “Anehnya”, meskipun mereka sudah jarang menduduki jajaran 4 besar di Liga Inggris bersama tim besar Inggris lainnya, mereka tetap disebut sebagai klub besar. Entah itu bagi musuhnya, ataupun Liverpudlian itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar