Menuju Ujung Jalan Steven Gerrard
Setia. Sebuah kata sederhana bermakna istimewa. Setia adalah mereka yang mengorbankan segalanya kepada satu hal. Mereka yang berpegang teguh kepada prinsip yang sudah dijanjikan sebelumnya. Mereka yang pantang menyerah dan tak mau mengalah akan faktor-faktor pengganggu yang ada.Tak usah ragu dengan kesetiaan pemain bernama Steven Gerrard. Sempat dilirik Chelsea dan Real Madrid serta dijanjikan gaji melimpah pada masa keemasannya, Gerrard bagai komandan perang yang ogah berkhianat. Janji setia bersama Liverpool dia pegang teguh hingga detik ini, ketika usianya sudah menginjak 33 tahun.
Gerrard tak setajam dulu lagi. Sudah sangat jarang sang pemain mencetak gol dari luar kotak penalti. Sang pemain pun tak bisa tampil agresif dalam bertahan dan menyerang seperti dulu, sang pemain hanya menjadi penyeimbang dan terus mengajarkan bagaimana cara memberi umpan Hollywood secara sempurna tanpa harus memodernisasikannya.
Banyak yang khawatir kapten timnas Inggris itu tak bisa bermain nyaman dengan filosofi anyar Brendan Rodgers. Memang, pada beberapa laga awal, Stevie tampil di bawah standart. Saat itu pun banyak beberapa orang yang mengeritiknya, termasuk saya.
Tetapi apa yang terjadi, tamparan dari Tuhan datang bertubi-tubi ke muka ini. Musim ini menjadi salah satu musim terbaik sang pemain. Meski bermain lebih ke dalam, pengalaman serta pengaruh dia sangat besar.
Tak ada yang menyangka Gerrard bermain sangat nyaman musim ini sebagai Central Midfielder. Malah, raihan sembilan gol dan sembilan assist, serta belum pernah absen sekali pun pada 36 laga Premier League, membuat kita bernostalgia akan Gerrard masa lalu. Sayang, dia dipastikan absen pada dua laga terakhir Premier League karena harus operasi bahu.
Entah sudah berapa banyak pemain bintang berlalu-lalang di Liverpool. Tak usah meragukan kisah “cinta” Gerrard dengan Michael Owen dan Fernando Torres. Pada era yang berbeda, kedua striker ini adalah sosok yang sangat dekat dengan kapten fantastik di dalam dan luar lapangan. Kisah penghancuran hati sudah dilakukan mereka berdua. Keduanya meninggalkan Gerrard dengan keji. Mengkhianati tanpa hati.
Mungkin hanya Xabi Alonso yang putus secara baik-baik dengan Gerrard. Serta akan disusul oleh Jamie Carragher akhir musim ini.
“Sebagai bocah lokal, kami memiliki hasrat dan kecintaan khusus kepada tim ini. Aku sangat dekat dengan Carra sejak berada di tim Junior, di dalam maupun luar lapangan. Pensiunnya dia adalah saat yang sangat emosional,” tandas sang kapten.
Perpisahan Gerrard-Carra ini tak akan sedramatis saat Gerrard kehilangan Owen dan Torres. Tetapi, Carra adalah sosok yang menemani tanpa syarat paling lama ketimbang kedua striker (yang pernah) tajam tersebut.
Gerrard-Carra memenangkan trofi sama banyaknya. Keduanya pun sangat dekat di lapangan. Pensiunnya Carra menjadi sinyal berbahaya untuk Liverpool. Secara tidak langsung ini memberikan kode bahwa Gerrard yang hanya berselisih dua tahun dengan sang pemain, juga akan menanggalkan sepatu sepak bola tercintanya.
“Banyak orang berpikir aku berusia sama dengan Carra karena kedekatan kami serta tampil bersama cukup lama. Namun, kami berselisih dua setengah tahun. Secara tersirat hal itu mengatakan berapa lama waktu yang aku punya,” tegas Gerrard.
Melihat masalah yang menimpa Luis Suarez serta Pepe Reina yang diminati oleh tim yang membesarkannya (Barcelona), Gerrard sangat berpeluang menjadi pemain paling senior di Liverpool dalam dua musim ke depan. Dua musim yang sangat penting untuk Gerrard meraih satu-satunya trofi yang belum didapatkannya, Premier League. Ujung Jalan bagi karier sepak bola Legenda Hidup Inggris ini.
Imbauan kepada seluruh fans The Reds untuk lebih memerhatikan Gerrard sebelum waktunya sebagai seorang pemain habis. Sesosok Legenda akan tampil luar biasa saat sadar waktunya tak lama lagi. Komando Gerrard yang diikuti banyak pemain muda akan diserukan keras mulai musim depan.
Gerrard sudah biasa ditinggal kekasih sejatinya di dalam lapangan. Tetapi, apa Fans Liverpool mampu ditinggalkan seorang yang setia macam Steven Gerrard? Sampai Sekarang, saya belum bisa membayangkan itu. Tetapi Kisah Setia Gerrard di atas setidaknya menjadi contoh nyata untuk Fans dan Liverpool ketika Gerrard sudah gantung sepatu, nanti.
Ditulis Oleh: Redzi Arya Pratama (@FakeRegista)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar