Minggu, 30 Juni 2013

Long Live King Kenny


“Bill Shankly jarang membuat kesalahan. Tapi saat seorang anak sekolah berusia 15 tahun berambut pirang datang ke Anfield untuk melakoni tes, dia membiarkan seorang pemain bola yang kemudian membawa Liverpool menjadi sebuah tim yang memenangi double terlepas dari genggamanya.”

Kala itu Agustus 1966, Inggris baru saja memenangi Piala Dunia dan Shankly tengah membangun dinasti yang membuat Liverpool menjadi salah satu klub paling sukses sepanjang sejarah sepak bola Inggris.  Anak remaja itu bermain dalam satu game, bagi tim B melawan Southport Reserves di Liga Lancashire. The Reds menang 1-0, tapi anak tersebut diminta pulang ke rumah dan tidak mendengar kabar apapun.

Dalglish besar sebagai pendukung Glasgow Rangers. Meski lahir di Dalmarnock, East End Glasgow, pada 4 Maret 1951, dia dibesarkan di Docklands Govan, hanya sepelemparan batu dari Ibrox.Beberapa tahun kemudian saat Shankly melihat anak itu bermain, dia marah lalu menyalahkan orang lain di klub karena tidak merekrutnya lebih awal. Hal ini terjadi 11 tahun kemudian setelah tes tersebut, pemain muda itu bergabung dengan Liverpool, tapi saat itu sang pemain sudah memiliki reputasi internasional dan dia menyebabkan pengganti Shankly, Bob Paisley, dan kubu The Reds mesti membayar 440 ribu pound, sebuah rekor transfer tertinggi di Inggris kala itu. Nah nama anak itu adalah “Kenneth Mathieson Dalglish” atau lebih populer dikenal sebagai Kenny Dalglish.

Karir sepak bolanya diretas bersama tim sekolah dasar Milton Bank. Lantas dia bergabung dengan tim U-15 Scottish Schoolboy. Ia bercita-cita bergabung dengan idolanya di Rangers. Tapi tak pernah mendapat panggilan. Dia pun mencoba tes di West Ham serta di Liverpool, tapi tak lolos jug. Dan jadinya Daglish, anak seorang mekanik Protestan, bermain bagi klub Katolik Glasgow Celtic.

Dia pun memperkuat timnas Skotlandia selama enam tahun, debutnya sebagai pemain pengganti saat menundukan Belgia 1-0 pada November  1971. Dalglish tampil di Piala Dunia 1974 di Jerman Barat, sayang Skotlandia mesti tersisih di babak penyisihan grup, meski mereka tak terkalahkan.Beberapa tahun kemudian mantan bek Arsenal dan timnas Irlandia, David O’Leary  menggambarkan usaha untuk merebut bola dari kaki Dalglish merupakan hal yang mustahil. “Dia mengangkangi bola, kaki terpentang dan sikut mencuat,” tutur O’Leary, “Dari sudut manapun anda datang, Anda hanya mendapati punggungnya di depan wajah anda.”

Saat musim semi di tahun 1977, dia mencetak gol kemenangan Skotlandia 2-1 atas Inggris di Stadion Wembley dan para fan Tartan menyerbu masuk ke lapangan dan merobohkan tiang gawang saat pertandingan selesai sebagai selebrasi atas kemenangan ini.

“Bergabung Dengan Liverpool“

Dalglish menikmati kesuksesan bersama Celtic. Ada lima gelar juara Liga Skotlandia, empat Piala Skotlandia, satu Piala Liga Skotlandia dan mengoleksi 167 gol. Tapi itu belum cukup baginya, dia ambisius dan butuh sebuah tantangan baru. Liverpool baru saja memenangi Liga Champion, mengalahkan Borussia Moenchengladbach 3-1 di Roma, Namun bintang mereka Kevin Keegan, hengkang dan bergabung dengan klub Bundesliga Jerman, SV Hamburger.

Apa yang dipahami Dalglish lebih bagus dari striker kebanyakan adalah ruang. Dia bisa menahan bola, kadang begitu lama sehingga kelihatannya momen begitu saja berlalu, tapi lantas ia seperti melihat sesuatu celah dan mengirimkan umpan terobosan yang sempurna. Kenudian, perannya berkembang dari seorang pencetak gol menjadi pembuat gol, dia menampilkan pengertian nyaris telepatik dengan Ian Rush. Striker asal Wales in, pemegang rekor pencetak gol di Piala FA dan Piala Liga, mengatakan soal dalglish: “Sya hanya berlari dan tahu bola akan menghampiri saya.”

Era Dalglish terus berkibar bersama The Kops. Liverpool mempertahankan gelar juara Liga Inggris di musim 1979/1980, memenangi Piala Liga berturut-turut antara 1980-81 dan 1983-84, mereka juga memenangi Liga Inggris di musim 1981/82, 1982/83, 1983/84. Mereka pun memenangi dua trofi Liga Champion. Dalglish merupakan jantung bagi kesuksesan The Reds ini dan menjadi Footballer of the year untuk kedua kalinya di tahun 1983 (Sebelumnya terpilih di tahun 1987). So, para Die Hard The Reds pun menabalkan gelar King atau Raja padanya sehingga dia dipanggil King Kenny.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar