Senin, 15 Juli 2013

You'll Never Walk Alone, Bukan Sekadar Slogan Kosong

Wujud solidaritas pendukung Liverpool terlihat saat seorang pendukung The Reds Indonesia, Syamsul Wijaya terbaring sakit.

November 1963, sebuah sambutan luar biasa ditunjukkan oleh The Kop, yang saat itu menampung sekitar 30.000 fans, ketika You'll Never Walk Alone – sebuah lagu yang diaransemen ulang oleh Gerry And The Peacemaker diperdengarkan di Anfield. 

Saat itu, memang lagu tersebut menduduki peringkat pertama tangga lagu. Karena sambutan luar biasa itulah, lagu tersebut lalu secara rutin diperdengarkan sebelum dan sesudah pertandingan hingga saat ini.

Sebuah kebetulan yang lalu menjadi kebiasaan, dan seiring waktu dengan mungkin sedikit berlebihan saya menyebutnya sebagai sesuatu yang ditakdirkan. You'll Never Walk Alone, bukan sekedar club anthem ataupun slogan. Setiap bait liriknya yang sarat makna, sudah seringkali kita – suporter Liverpool FC lihat pengamalannya.

Adalah penggila Liverpool asal Bandung, Syamsul Wijaya – atau lebih dikenal sebagai Soel – bagi kebanyakan orang yang baru pertama kali berjumpa mungkin dianggap seram. 

Penamplannya dengan rambut gondrong, berjenggot, dan senang mengenakan kaos bergambar band kesayangannya Iron Maiden.

Tidak bagi saya, sejak mengenalnya lewat interaksi di forum BIGREDS saya bisa menduga bahwa Soel, adalah pribadi yang unik. Hingga dari sekian belas kali pertemuan saya dengannya, saya membuktikan dugaan saya. 

Di balik penampilannya tersebut ada sosok yang meski menyimpan sisi misteri tersendiri, tapi penuh kreativitas, pribadi yang keras namun sangat bersahabat dan tetap menaruh hormat. Soel adalah seorang kawan yang sangat kocak dan tak pernah enggan mengulurkan tangan untuk membantu banyak hal yang dia bisa kerjakan.

Ada satu hal yang bagi saya sangat menyenangkan adalah setiap kali berjumpa dengannya dalam acara nonbar, saya seperti menemukan partner hebat sekaligus guru dalam melantunkan chants. Pengetahuan Soel akan chants Liverpool, sangat luar biasa.

Hingga semenjak kurang lebih dua bulan lalu, pribadi seorang Syamsul Wijaya yang saya paparkan di atas berubah drastis. 

Tak ada lagi Soel yang sanggup berkarya memanipulasi gambar, tak ada lagi Soel yang sanggup berjam-jam menyapukan kuas dan cat di atas kain untuk jadi banner, tak ada lagi Soel yang menawarkan bantuan untuk membantu kegiatan regional Bandung, tak ada lagi suara seraknya mengawali chants di nonbar.

Yang ada sejak dua bulan lalu, Soel tergolek lemah di pembaringan dalam ruang rawat di Rumah Sakit Hasan Sadikin – Bandung. 

Meningitis atau radang selaput otak menjadi vonis yang dijatuhkan dokter dari serentetan diagnosa mereka. Meningitis itulah yang kemudian memenjarakan sementara sahabat saya, sahabat kita.

Soel lebih dari sahabat buat banyak orang, Soel adalah bagian dari keluarga besar BIGREDS. 

Oleh sebab itulah, tergerak hati saudara-saudaranya di BIGREDS Bandung untuk melakukan sesuatu. 

Dimulai dari hal kecil yaitu ajakan untuk bersama-sama mendoakan untuk kesembuhannya, melalui akun twitter @ManukLiverbird yang kemudian secara berantai diikuti oleh akun-akun regional BIGREDS yang lain, dan tak lupa juga akun resmi @BIGREDS_IOLSC

Sadar akan perlunya tindakan lain dari sekadar doa, inisiatif untuk penggalangan dana pun direncanakan. Dan melalui akun twitter yang sama, diwartakan. 

Berbagai cara ditempuh, membuka kesempatan untuk donasi dan menggelar lelang barang. Sekali lagi ini diikuti oleh beberapa regional BIGREDS lain, seperti Jogja, Bekasi dll. Bahkan ada kelompok kolektor jersey Liverpool, yang juga bagian dari BIGREDS juga melakukan gerakan yang sama, meski mungkin banyak yang belum kenal langsung dengan Soel.

Terobosan lain dilakukan oleh salah satu rekan, menuliskan sebuah surat terbuka yang berisikan semacam permohonan ke Liverpool Football Club untuk memberi support kepada Soel, yang dituliskan di website BIGREDS dan salah satu blog independen supporter. 

Yang kemudian diteruskan ke akun twitter resmi milik klub, @LFC serta ke beberapa akun pemain LFC juga mantan pemain LFC (legend) melalui akun twitter @BIGREDS_IOLSC dan blog independen tersebut.

Hasilnya? Selasa (8/1) malam saya mendapat kabar dari pemilik blog independen tersebut bahwa surat terbuka tersebut sudah ditwit-kan sebanyak lebih dari 4500 kali. 

Itu saja? Tidak, entah berapa ribu kali juga twit yang menyertakan hash-tag #PrayForSoel Bukan hanya dari sesama Liverpool supporter dalam dan manca negara, supporter klub dan banyak pihak lain juga menunjukkan kepedulian. 

Ini adalah hasil dari penyebaran informasi oleh akun resmi klub juga beberapa pemain dan mantan pemain.

Luar biasa!

8 Januari 2013, saya dan mungkin Anda semua yang membaca tulisan ini, melihat manifestasi dari pesan yang terkandung dalam lagu You'll Never Walk Alone

Saya percaya, Tuhan tidak punya akun twitter. Tapi saya juga percaya bahwa dalam sekian ribu twit dan re-twit tersebut tentu juga bukan hanya sekadar klik dan ikut-ikutan karena akun resmi klub ikut mewartakan. 

Di dalamnya ada doa, untuk kesembuhan Soel. Tuhan tidak perlu akun twitter untuk mendengar doa

Saya bukan orang yang religius tapi setahu saya dalam ajaran agama apapun menyebutkan bahwa semakin banyak doa dari manusia untuk suatu tujuan kebaikan yang sama, Tuhan akan makin cepat berkehendak mengabulkannya. 

Jika sekian ribu twit dan re-twit tadi adalah doa, maka saya juga percaya kesembuhan akan segera tiba untuk sahabat kita, Syamsul Wijaya.

Mungkin masih ada yang bisa anda lakukan dari sekadar twit dan berdoa, jika benar masih ada lakukanlah. Karena langkah nyata selain doa, mungkin adalah kehendak-Nya juga demi kesembuhan Soel. 

Yang punya waktu dan kesempatan bisa mengunjungi Soel di Bandung sana. Yang ada sedikit lebih, bisa mendonasikannya dalam berbagai rupa. Info dan caranya coba kontak rekan-rekan yang terlibat langsung melalui akun twitter @ManukLiverbird

Dia, Yang Di Atas Sana, sudah melakukan langkah awal dari permohonan dan doa kita, dengan menunjukkan bahwa You'll Never Walk Alone bukan kalimat biasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar