Jumat, 25 April 2014

Laga Yang Akan Jauh Lebih Berbeda Dari Sebelumnya

Pertandingan kontra Chelsea akhir pekan nanti sangatlah penting tapi laga itu akan sama sekali berbeda dibanding laga lawan Manchester City dua pekan lalu. Brendan Rodgers adalah seorang jenius. Anda tak bisa membantah pernyataan itu begitu pula saya. Bagaimana mungkin sebuah tim dari peringkat tujuh menjadi salah satu calon juara liga, terlebih lagi calon terkuat, dan fakta itu disangkal. Ia membawa sebuah kapal yang nyaris karam mampu berlayar dengan gagah di samudera.

Kritik tentu tetap ada terutama melihat performa lini belakang Liverpool hingga pekan ke-35 ini. Sebagai perbandingan jumlah kebobolan the Reds mencapai angka 44 atau paling buruk di lima besar bahkan tak lebih baik dari Manchester United yang terjelembab ke posisi tujuh.

Sulit menebak cara berpikir seseorang tapi dengan performa naik-turun di lini belakang, Rodgers tak main-main menggunakan semua pemain untuk mencetak gol dalam segala kemungkinan situasi. Catat, 96 gol. Torehan terbaik Liverpool sepanjang sejarah Premier League.

Akhir pekan lalu saya terlibat dalam sebuah diskusi khas laki-laki. Sepak bola - apalagi? - dengan topik yang familiar, apakah Liverpool pantas menjadi juara liga musim ini? 

Penggemar klub dengan seragam merah-merah pasti akan menjawab dengan nada pasti: iya bisa. Namun yang menarik adalah dalam diskusi, yang berlangsung hanya selama dua menit dengan semua orang setuju Liverpool pantas juara, adalah kalangan netral yang objektif pun berpikir tak ada tim lain yang lebih pantas ketimbang tim Merah Merseyside untuk menjadi jawara.

Semua bermula dari kemenangan penting Liverpool atas Manchester City di Anfield dua pekan lalu. Laga yang membuat jantung Kopites bergedup kencang. Rasa gugup langsung menguap bersamaan dengan peluit panjang yang ditiup wasit.

Laga lawan Manchester Biru itu dianggap sebagai tontonan wajib para penikmat sepak bola netral. Alasannya sederhana saja. Penonton mana yang tidak ingin disuguhi dua tim yang punya permainan menyerang atraktif dengan torehan gol terbanyak. Fans Liverpool bisa bernafas lega pasca laga karena pasca gol Philippe Coutinho tak ada aksi David Silva yang mengacak-acak lini belakang kurang koordinasi itu.

Dan seakan menambah peluh layaknya bos yang tak berhenti memerah keringat anak buahnya hingga jam kerja berakhir, the Reds menunjukan kemunduran performa melawan Norwich akhir pekan lalu. Liverpool boleh bangga dengan rekor mereka - terutama Luis Suarez - kontra the Canaries. Tapi apa yang disuguhkan di Carrow Road tak ubahnya menonton film horror.

Akhir pekan ini Liverpool akan dihadapkan dengan sebuah laga yang mungkin terpenting di antara yang paling penting. Chelsea yang berada di posisi kedua - tertinggal lima angka - akan berkunjung ke Anfield yang tersohor dengan keangkerannya itu.

Pasukan Jose Mourinho seperti sudah diketahui khalayak ramai bukan tim yang akan melayani permainan lawannya. Saya berani bertaruh. Karena mereka tipe yang rela diinjak-injak di sebagian besar laga tapi akhirnya berhasil membunuh lawannya yang lengah.

Jika diibaratkan Ular. Mereka adalah Ular Laut yang tidak agresif tapi jangan ditanya seberapa kuat bisanya. Laga lawan Chelsea bukanlah laga antara Macan kontra Singa. Tapi suatu yang lebih taktikal yang mendalam dan perang mental.

Contoh konkrit adalah torehan kebobolan the Blues. Paling sedikit dari tim manapun di liga. Jika Anda menyaksikan laga Chelsea kontra Atletico Madrid di semifinal Liga Champions, Anda akan mengetahui bahwa ia bisa menjadi super pragmatis jika dibutuhkan. Mereka tak banyak menyerang, tapi bisa membunuh kapan pun dibutuhkan. Bahkan jika dibutuhkan mereka bisa saja mengintimidasi Anda sebagai pemilik sepak bola dari abad ke-19 tanpa berkaca terlebih dahulu.

Terlepas dari kemungkinan Mourinho akan menurunkan lapis keduanya akhir pekan nanti melawan Liverpool karena sesungguhnya perbedaan antara tim utama dan cadangan mereka tak jauh berbeda. Dan Brendan Rodgers pasti tahu benar seperti apa kemampuan mentornya itu tak hanya dalam hal taktik tapi juga dalam perang mental.

Mimpi indah hanya berjarak tiga kali 90 menit atau mungkin kurang dari itu. Tapi jika ditanya apakah Chelsea akan lebih lemah dari Manchester City rasanya keduanya sama-sama membuktikan bahwa kekuatan uang mereka tak bisa dianggap remeh.

Tapi bukankah selama ini Liverpool sudah membuktikan bahwa uang bukan segalanya?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar